Generasi
muda adalah tunas-tunas bangsa yang kelak akan melanjutkan perjuangan
dan cita-cita negara. Negara Indonesia membutuhkan generasi muda yang
berpotensi agar bisa bersaing dengan negara lain. Generasi muda
Indonesia harus cerdas, berwawasan dan berpengetahuan luas. Di samping
itu, negara juga membutuhkan generasi muda yang berbudi pekerti luhur
dan berakhlak mulia yang kelak akan melanjutkan kepemimpinan di negara
ini. Di tangan generasi muda yang berakhlak mulia inilah negara akan
makmur dengan rakyat yang sejahtera.
Generasi
muda yang berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia adalah generasi
yang berkarakter. Secara leksikal, karakter adalah akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.
Pada
kenyataannya generasi muda sekarang ini banyak yang berkarakter kurang
baik. Dari hal yang paling kecil saja, misalnya sopan santun atau
tatakrama anak muda dengan yang lebih tua terabaikan. Seorang siswa
bermain ke rumah temannya, dengan santai ia keluar masuk rumah tanpa
menyapa tuan rumah. Saat pulang pun tanpa berpamitan. Di sekolah,
seorang siswa juga kurang hormat kepada gurunya, apalagi yang merasa
dekat dengan sang guru. Contoh lain yang bisa dilihat kurangnya karakter
generasi muda adalah hal-hal yang berkaitan dengan kejujuran. Kejujuran
makin lama makin luntur. Para remaja tidak takut dosa akibat tidak
jujur. Bahkan, mereka rela melakukakan suatu tindakan tidak jujur
asalkan memberikan keuntungan bagi mereka. Contohnya sangat banyak dan
kompleks. Anak minta uang lebih kepada orang tua dengan alasan untuk
membeli ini itu padahal digunakan untuk senang-senang itu hal yang
biasa. Anak berpamitan kepada orang tua ada kegiatan di sekolah padahal
dia hura-hura bergaul bebas itu juga sering terjadi. Mencontek ulangan
maupun tugas sekolah itu juga selalu dilakukan anak demi memperoleh
nilai yang baik. Untuk menghindari karakter yang demikian di masa depan,
maka perlu diterapkannya pendidikan karakter.
Pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter ini bertujuan
untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah
yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter
diharapkan para siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta memersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari. Pendidikan karakter ini sangat diperlukan untuk membentuk
generasi yang berkarakter, yaitu berbudi pekerti yang luhur dan
berakhlak mulia, khususnya para pelajar.
Kejujuran
adalah salah satu pendidikan karakter yang harus diterapkan pada
peserta didik di setiap mata pelajaran dan harus tercermin dalam
kehidupan sehari-hari. Penerapan kejujuran di segala kegiatan harus
dilakukan sejak dini karena kejujuran adalah kunci kesuksesan. Sekali
orang berlaku tidak jujur maka ia akan melakukan tindakan tidak jujur
tersebut untuk menutupi ketidakjujuran yang pertama. Hal itu akan
terus-menerus dilakukan apalagi jika hal itu menguntungkan. Tanpa
kejujuran, kita tidak akan sukses. Tetapi penerapan kejujuran ini sangat
susah, apalagi di lingkungan sekolah. Kita harus melakukannya sedikit
demi sedikit untuk mengubah sikap ketidakjujuran para pelajar, untuk
meningkatkan kualitas generasi muda yang berbudi pekerti luhur dan
berakhlak mulia.
B. PEMBAHASAN
Dalam
aktivitas sehari-hari pada umumnya para siswa mengabaikan pentingnya
kejujuran. Banyak siswa yang belum bisa berlaku jujur meskipun itu
menyangkut hal-hal yang sangat sepele. Contohnya saat beraktivitas di
luar rumah siswa berpamitan kepada orangtuanya dengan alasan ada
kegiatan di sekolah, padahal dia hanya bermain. Kondisi akan menjadi
parah jika ternyata mereka melakukan pergaulan bebas, mabuk-mabukan, dan
mengonsumsi narkoba. Jika ini terjadi maka ia tidak hanya berlaku tidak
jujur akan tetapi bisa juga melakukan tindakan kriminal karena
kebutuhan uang mereka semakin banyak.
Contoh
ketidakjujuran yang lain adalah para siswa pada umumnya mencontek saat
ulangan, mencontek tugas milik teman hanya demi mengejar nilai dan
keamanan dari hukuman guru-guru. Padahal apa yang dilakukan itu
akibatnya sangat fatal. Selain berlaku tidak jujur juga akan merugikan
diri sendiri karena siswa jadi tidak menguasai materi dan ilmunya.
Tindakan ini dilakukan oleh hampir semua siswa. Yang dipikirkan hanya
kebutuhan sesaat yaitu bagaimana caranya agar nilai selalu baik. Apa
jadinya negara ini jika generasi mudanya ternyata tidak punya
kompetensi? Karena bisanya hanya mencontek.
Para
guru mungkin sudah berusaha meminimalisasi kegiatan mencontek yang
dilakukan siswa pada saat ulangan. Contohnya menggunakan strategi
A-B-A-B, strategi ini bertujuan agar siswa yang duduk bersebelahan tidak
saling mencontek, tapi tetap saja mereka tukar-menukar jawaban.
Strategi lain yang dilakukan guru adalah saat ulangan kelas dibagi
menjadi 2 kelompok, kelompok yang pertama mengerjakan ulangan terlebih
dahulu dan kelompok kedua menunggu di luar kelas, begitu sebaliknya,
tetapi siswa tetap saja bekerja sama. Yaitu dengan cara kelompok yang di
luar membuat keramaian untuk memancing guru ke luar kelas, sehingga
siswa yang berada di dalam kelas mempunyai kesempatan untuk mencontek.
Akan tetapi, ada juga guru yang membiarkan siswanya mencontek pada saat
ulangan, contohnya setiap meja (2 siswa) mendapatkan 1 bendel soal, hal
ini sangat memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling mencontek.
Berbagai macam cara sudah dilakukan oleh para guru. Akan tetapi tidak
ada satu pun yang berhasil. Banyak cara yang dilakukan guru, ternyata
cara siswa untuk mengelabuhi guru jauh lebih banyak.
Pihak
sekolah juga sudah berusaha mengurangi adat mencontek siswa. Contohnya
di saat tes semester, siswa kelas X bersebelahan dengan kelas XI atau
XII, dan mapel tiap kelas berbeda. Tetapi tetap saja siswa berhasil
mencontek. Bahkan tanya kepada kakak kelas di sebelahnya, bisa juga
sebelahnya membantu mengoperkan jawaban ke teman yang lainnya.
Ada beberapa solusi yang mungkin bisa mengurangi ketidakjujuran siswa di saat pembelajaran, antara lain:
1. Peningkatan Pengetahuan tentang Iman dan Taqwa (Imtaq)
Pengetahuan
tentang Imtaq sangat penting untuk melatih kejujuran para siswa.
Karena, Imtaq ini berhubungan dengan kepercayaan masing-masing siswa.
Di
semua agama pasti mengajarkan kepada umatnya untuk tidak berbohong.
Kitakan kepada umatnya untuk tidak berbohong.
Kita harus jujur dalam segala hal. Termasuk dalam kegiatan pembelajaran .
Disebutkan juga bahwa kujujuran adalah kunci dari kesuksesan. Tanpa
kejujuran semua yang kita lakukan tidak akan ada gunanya.
Hal-hal
yang dapat dilakukan sesuai dengan ajaran agama untuk meningkatkan
kejujuran yaitu dengan cara shalat 5 waktu untuk yang beragama Islam,
rajin ke Gereja, untuk yang beragama Kristen, dan lain-lain. Hal ini
mungkin dapat mengurangi ketidakjujuran karena Imtaq berhubungan dengan
batin seseorang.
Peningkatan
iman dan taqwa yang paling efektif bermula dari lingkungan keluarga.
Penanaman keimanan dan ketaqwaan harus dilakukan sejak dini di
lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang baik adalah keluarga yang
selalu menjalankan ibadah dengan baik. Salah satunya akan tercermin pada
sikap jujur.
2. Penanaman Percaya Diri
Penanaman
percaya diri seorang siswa sangatlah penting untuk meningkatkan
kejujuran. Karena jika kita mempunyai rasa percaya diri, kita tidak akan
mencontek pekerjaan milik teman karena kita yakin dengan jawaban kita
sendiri. Dalam penanaman percaya diri di sekolah, peranan guru BK
sangatlah penting. Guru BK mengajarkan kepada muridnya untuk memiliki
rasa percaya diri.
Strategi
yang dilakukan guru BK seharusnya tidak hanya menasihati saja, namun
ada cara lain yang lebih menarik. Contohnya dengan menunjukkan kepada
siswa bukti otentik yang mengandung unsur percaya diri,dengan memberikan
bukti seorang siswa mempunyai nilai yang lebih bagus dari temannya
karena tidak mencontek, sedangkan teman yang mencontek mendapatkan nilai
lebih rendah. Selanjutnya yaitu dengan cara membandingkan antara siswa
yang mencontek dan menconteki, kemungkinan besar siswa mencontek lebih
bagus nilainya daripada siswa menconteki karena siswa yang mencontek
tidak hanya mencontek dari 1 sumber, pasti menggabungkan sumber-sumber
contekan yang lainnya.
Strategi
selanjutnya yang sebaiknya dilakukan oleh guru BK yaitu dengan mengajak
siswa untuk praktik mengerjakan tugas dengan belajar sendiri dan
mencontek. Dengan ini siswa akan mengerti perbedaan antara mengerjakan
sendiri dibanding mencontek. Jika siswa mengerjakan sendiri, maka siswa
akan mencari jawaban di buku dan siswa menjadi tahu maksud dari soal
itu. Berbeda lagi dengan mencontek, jika mencontek siswa tidak tahu apa
maksud soal bahkan tidak mau tahu apa soalnya, siswa hanya menginnginkan
jawaban. Dengan strategi ini siswa dapat mengerti pentingnya percaya
diri dan kejujuran pun meningkat.
3. Siswa Membuat, Menjawab, dan Mengoreksi Soal Sendiri
Siswa
membuat, menjawab, dan mengoreksi soal sendiri merupakan alternatif
yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketidakjujuran. Cara ini juga akan
melatih siswa selalu aktif, kreatif, dan berusaha menguasai materi
pelajaran. Pertama-tama siswa diajak untuk membuat soal sendiri,
tentunya dengan panduan guru. Disarankan agar soal siswa yang satu
dengan yang lainnya tidak sama, dan soal itu belum pernah dikerjakan dan
dibahas di sekolah. Langkah berikutnya, soal ditukar dengan soal milik
siswa lain. Setelah mengerjakan, siswa mengembalikan jawaban kepada
pembuat soal untuk dikoreksi. Demi menjaga nama diri sendiri maka siswa
akan berusaha menemukan jawabannya dan tidak akan mau kalah dengan teman
lain. Siswa akan berusaha mencari soal di buku atau di ineternet. Mau
tidak mau siswa akan banyak membaca.
Setelah
siswa mencari soal, siswa disuruh mengerjakan soal yang dicarinya itu
tetapi tidak dengan membuka buku. Di sini akan dapat dibuktikan siswa
yang benar-benar paham atau tidak tentang soal yang dicarinya.
Setelah
siswa mengerjakan soal, siswa disuruh mengoreksi pekerjaannya sendiri.
Di sinilah letak pelajaran kejujurannya. Soal yang tadi dikerjakan siswa
dikoreksi siswa sendiri, dicocokkan dengan kunci jawaban yang sudah
didapatkannya. Cara ini dapat digunakan untuk menguji dan melatih
kejujuran siswa.
4. Sekolah Mengadakan Kompetisi Antarsiswa
Dengan
diadakannya kompetisi di dalam sekolah dimungkinkan akan meningkatkan
kejujuran. Contohnya dengan diadakannya lomba mata pelajaran antarsiswa.
Cara ini mungkin berhasil jika dilakukan dengan serius.
5. Sering Mengirim Siswa Berkompetisi di Luar Sekolah
Cara
ini juga dimungkinkan melatih kejujuran siswa. Lomba mata pelajaran
contohnya. Dengan persaingan antarsekolah, kemungkinan mencontek dalam
mengerjakan soal presentasenya kecil karena antarpeserta lomba bersaing
menjadi pemenang, maka dari itu mereka tidak akan saling mencontek.
Beberapa
strategi peningkatan kejujuran di atas sangat mudah dipraktikkan dalam
kegiatan pembelajaran. Apalagi untuk melatih kejujuran siswa. Siswa
diperkirakan akan antusias mengikuti strategi di atas. Tanpa disadari
mereka telah berlatih jujur di lingkungan sekolah. Jika di lingkungan
sekolah siswa sudah bisa menerapkan sikap jujur, maka sikap jujur itu
akan terbawa di mana pun mereka berada. Mereka tidak hanya mendapatkan
ilmu tetapi juga menjadi manusia berkarakter yang memiliki kompetensi
tinggi.
Dari
satu hal kecil yaitu kejujuran yang dilatih sejak dini dapat membentuk
siswa menjadi siswa berkarakter. Kejujuran harus diselipkan di setiap
mata pelajaran karena kejujuran menjadi urat nadi perilaku manusia.
Meskipun sangat sulit, kejujuran adalah sesuatu yang wajib dilakukan
setiap siswa demi meraih sukses di masa depan.
C. PENUTUP
1. Simpulan
Negara
kita sangat membutuhkan generasi muda yang berkompetensi tinggi dan
berbudi pekerti luhur. Dari hal yang paling kecil untuk menciptakan
generasi muda yang berkompetensi tinggi yaitu dengan melatih kejujuran
kepada siswa. Karena banyak sekali siswa yang kurang memperhatikan
kejujuran.
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kejujuran pada siswa, yaitu:
a. Peningkatan pengetahuan tentang iman dan taqwa (Imtaq)
b. Penanaman percaya diri
c. Siswa membuat, Menjawab, dan mengoreksi soal sendiri
d. Sekolah mengadakan kompetisi antarsiswa
e. Sering mengirim biswa berkompetisi di luar sekolah
2. Saran
a. Orang
tua harus menanamkan kejujuran sejak dini dalam keluarga karena
karakter anak akan terbentuk dari keluarga. Hal ini bisa dilakukan
dengan penanaman iman dan taqwa. Teladan orang tua akan menjadi cermin
bagi setiap anaknya.
b. Sekolah
sebaiknya betul-betul menerapkan pendidikan karakter secara nyata di
setiap pembelajaran yaitu dengan mengutamakan kejujuran. Pemberian
kepercayaan kepada siswa sangat penting agar siswa secara sadar selalu
bertindak jujur di segala perilaku.
c. Siswa SMA adalah manusia yang sudah dewasa. Oleh karena itu, ia harus menjadikan kejujuran sebagai bekal dan pedoman hidup.
Berlakujujur adalah kebutuhan pribadi yang akan dinikmati hasilnya kelak dimasa depan.